Thursday, June 23, 2016

OMSET RP. 0 & IKHLAS





     Setelah cukup lama vakum dalam membuat sebuah tulisan sejak tahun 2013 lalu, dalam artikel ini saya menguatkan diri untuk kembali menulis sebuah tema yang diangkat dari kisah nyata yang saya alami. Tema yang dipilih pun bukan sembarangan tema yaitu tentang "Omset Rp. 0 & Ikhlas."

     Bagi sebagian orang yang membuka usaha ataupun yang pernah menjalaninya, tentu pernah mengalami yang namanya "tidak jualan", "tidak ada omset", atau istilah lainnya "Omset 0 Rupiah". Bahkan dalam usaha, hal itu sering terjadi entah dalam sehari hingga berhari-hari. Hal seperti ini tidak pernah berhenti karena memang melupakan hal yang lumrah atau tidak terpisahkan bagi semua yang baru memulai usaha. Itupun yang tengah saya alami saat ini (sekedar memberitahu saat tulisan ini dibuat, saya sedang membuka usaha toko handphone di salah satu ITC di bilangan Jakarta Pusat). Usaha yang saya bangun bersama beberapa teman sejak 1 September 2015 lalu ini memang belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.

     Sebelum berbicara lebih lanjut tentang omset Rp. 0 dan Ikhlas mungkin alangkah baiknya saya jabanin beberapa pendapat pribadi mengapa masih belum terasa signifikan, dan sedikit poin penting bagi yang hendak memulai usaha, semoga bisa bermanfaat.

Memang dalam memulai usaha, ada beberapa hal yang mempengaruhi dan harus kita perhitungkan, beberapa diantaranya ialah :

 

1. Timing
Selain kami memulai pada saat ekonomi yang tengah menurun (terutama di bidang elektronik handphone), juga adaptasi masa transisi pergantian Gubernur yang mempengaruhi kebijakkan-kebijakkan dari yang semulanya terasa gampang karena bisa "main jalur belakang" menjadi lebih bersih alias ketat sehingga semua urusan di semua aspek dari atas ke bawah melambat membuat setiap perusahaan-karyawan, pengusaha-pedagang yang hendak berbelanja pun berpikir-pikir 2x dalam mengeluarkan uang karena mempengaruhi sumber pemasukkan masing-masing yang secara tidak langsung mengurangi daya beli merambat ke usaha-usaha toko kecil seperti kami. Maka timing adalah salah satu hal yang harus diperhitungkan saat hendak memulai usaha. Apakah pas atau tidak waktunya, momennya ataupun kebutuhan orang saat itu. Namun bukan berarti saya mengajak anda untuk menunggu sampai berlarut-larut hingga ujung-ujungnya anda mengurungkan niat buka usaha karena belum menemukan momen yang tepat, maksud saya adalah carilah waktu yang tepat dan tentukan, setelah itu yakini dan percayalah bahwa itu adalah "waktunya kita" dan kemudian berani merealisasikannya. Toh bagi kami pun saat memulai usaha, modal paling pertama kami adalah berani memulai walau dengan situasi yang kurang tepat, perencanaan dan modal yang pas-pasan. Apalagi nanti ketika teman-teman dapat memperhitungkan timing dengan lebih baik?




2. Lokasi & Modal
Lokasi dan Modal saya rangkumkan dalam satu bagian karena
memang hampir merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah, lokasi tergantung sama modal, modal menentukan lokasi. Lokasi strategis tentu membutuhkan modal lebih besar, namun menentukan seberapa kecil kemungkinan kita mendapatkan omset Rp. 0. Lalu bagaimana kami? Harap maklum, kami memulai dengan total modal usaha tidak lebih dari 60jt (tergolong kecil untuk ukuran buka usaha handphone di mall) yang diatur sudah harus termasuk sewa toko 1 tahun, etalase & bangku, neonbox, beli keperluan penjualan, isi barang dan menyisakan uang cash untuk keperluan perputaran yang kurang dari 20jt, jadi bisa ditebak dengan biaya sekian lokasi toko seperti apa yang bisa kami dapatkan di gedung indoor seperti ITC. Namun batas kemampuan kami saat itu toh tidak membuat kami menyesal sampai saat ini. Karena bagaimana pun selama kita masih berusaha, kita tetap dapat memenuhi kebutuhan makan dan kebutuhan dasar lainnya (paling bikin kayanya yang belum, hehe). Faktor berikutnya cukup membantu saat kita tidak memiliki lokasi yang strategis.




3. Pengalaman
Untuk pengalaman, secara pribadi  2 tahun bekerja di bidang handphone memang masih belum bisa dikatakan waktu yang lama, bukan juga terbilang waktu yang cepat buat saya, pun begitu dengan rekan saya yang sudah beberapa tahun juga berkecimpung di bidang handphone. Bukan 100% soal berapa lamanya, karena apapun yang pernah kita kerjakan, jika kita melakukan dengan sepenuh hati, dari situ pun akan melahirkan manfaat dan pengalaman bagi kita. Semuanya harus kita lakukan secara total bukan? Nah, untuk di bidang handphone hal positif seiring adanya pengalaman dalam cara menjual dan mengerti kebutuhan konsumen adalah adanya langganan atau customer yang akan kita butuhkan suatu saat nanti. Dari pengalaman dan langganan itu pula yang cukup banyak membantu kami soal omset dari awal sampat saat ini. Maka ketika hendak memulai usaha, pengalaman sebelum kita memulai sendiri itu sangat penting, karena dari situ pula dapat meningkatkan ratio omset kita. Jika anda tidak bekerja apa yang anda sukai, sukai apa yang anda kerjakan dan usahalah apa yang merupakan pengalaman.

     Target minimal profit kami rencanakan dengan sebaik-baiknya berdasarkan perhitungan dapat balik modal sewa dalam 1 tahun, bayar service charge bulanan, cost pengeluaran dan kebutuhan toko dalam 1 bulan dll sehingga membuat kami mematok profit dalam 1 hari dengan angka tertentu (karena toko kecil, kami menggunakan perhitungan profit ketimbang omset, karena dalam usaha di bidang handphone, omset besar belum tentu menghasilkan profit besar, sebagai contoh saat anda menjual produk Iphone 6 senilai Rp. 8.000.000 mungkin anda hanya mendapatkan keuntungan 1-2% saja dari rata-rata tiap produk, jadi lebih efektif bagi kami untuk menghitung profitnya saja supaya tidak tergiur cuma melihat omset).
Awalnya semuanya terasa gampang saat merencanakan, masa sih angka segini ga bisa, namun kenyataan itu lebih jujur. Masih dapat saya ingat dengan jelas hari pertama buka, kami hampir memulai dengan omset Rp. 0 kalau saja adik saya tidak mem-bbm saya saat penutupan dan memesan sebuah aksesoris belakang hp senilai Rp. 90.000. Itulah omset pertama kami, Keesokkannya, memulai hari pertama dengan kondisi hampir tidak jualan membuat saya secara mental cukup terganggu, apalagi dijalani kedepannya gumam saya (secara pengalaman kerja harusnya sudah biasa, apalagi tempat kerja yang sebelumnya lokasi lebih strategis dan pernah tidak jualan tidak seterganggu ini, mungkin karena merasa yang ini punya sendiri kali yah? Hehe). Hal itu membuat saya sempat pesimis bisa tercapai keuntungan, sempat terpikir bahwa bisa menutupi operasional bulanan pun rasanya sudah bersyukur. Namun siapa yang bisa menebak karya dari Yang Maha Kuasa? Target minimal profit bulanan kami tercapai dalam waktu 1 bulan diluar dugaan yang padahal dalam pikiran pesimis kami membutuhkan waktu minimal 3 bulan! Bahkan hampir mencapai profit middle bulanan kami saat itu. Sungguh luar biasa, Pujilah Tuhan.
Berada pada bulan pertama yang sangat menakjubkan membuat kami langsung memasang target profit middle di bulan berikutnya, namun sekali lagi, siapa yang dapat menebak rencana Sang Maha Karya? semuanya berjalan dengan pelan selama beberapa bulan, namun kami masih bersyukur karena selalu diberikan mencapai minimal profit, walau setiap bulan terhitung hampir hingga 1/3 kali mengalami Omset Rp. 0 -nya.
Hingga pada saat artikel ini ditulis usaha kami sudah berjalan hampir 10 bulan dan memang masih belum stabil, bahkan cenderung semakin menurun. Mental dan psikologis kami semakin lama semakin menurun dan lelah apalagi saat anda mengetahui memiliki banyak kebutuhan keuangan, yang semakin meningkat, namun hasil usaha anda hanya cukup pada biaya keperluan sehari-hari. Kami merasa membuang waktu cukup banyak (10 pagi - 8 malam, 7 hari seminggu, 28 hari sebulan), dan meninggalkan semua aktifitas yang pernah kami lakukan selama masih bekerja namun apa yang didapatkan belum sebanding. Jujur saya merasa membuang waktu muda dengan hal yang harusnya bisa saya kejar lebih banyak dinilai dari umur saya yang masih dalam masa produktif.
Pengalaman dan Pembelajaran yang saya dapatkan saat memulai usaha ini adalah entah berapa kali saya harus merasa lelah, takut, jatuh lalu bangkit dan kembali lagi lelah, takut, jatuh dan bangkit apapun itu, Sang Maha Kuasa senantiasa memelihara kami, memberikan kecukupan bagi kami. Saat kami merasa tidak akan mencapai target, Dia memberikan rezeki yang tidak terduga pada keesokkan harinya, dan kemudian mencukupkan kembali bagi kami profit yang dibutuhkan (minimal profit dan tidak pernah dibawah itu). Jadi yang bisa saya sampaikan adalah, ketika memulai usaha dan mengalami masa tidak jualan, Omset Rp. 0 atau apapun itu, janganlah cepat putus asa, karena pada akhirnya kita harus mengutamakan intinya, bukan prosesnya. Omset Rp. 0 itu mungkin harus kita alami, tetapi belum tentu memastikan kerugian kita, hanya saja di awal memulai usaha belum tentu langsung berhasil dan menjadi kaya, karena hal seperti ini pun membutuhkan proses dan keringat lebih panjang.

Jika saya sampai bisa menuliskan artikel ini, bukan berarti bahwa saya sudah sukses dan hendak membagikan tipsnya, buang itu semua dari pikiran anda! Karena saya pun terkadang lelah menjalaninya dan membutuhkan support, rasanya luar biasa saat anda bisa menyemangati orang dengan kata-kata positif dan anda menunjukkan sikap positif tetapi dari dalam diri anda hal itu terkadang menyiksa anda karena semakin lama anda pun semakin kurang percaya diri. Bagaimana anda meyakini keluarga dan orang lain yang sudah "down" padahal dalam diri anda sendiri sudah rapuh? Ada istilah "manusia saling melengkapi", saya percaya bahwa hal itu benar adanya karena terkadang kita juga membutuhkan hal positif dari orang lain untuk melengkapi kita selain kita juga menjadi bagian pelengkap orang lain. Ada yang berkata memulai sesuatu di awal itu sulit, ya memang, namun menjalani serta mempertahankan agar tetap berdiri adalah salah satu kesulitan selanjutnya. Kuncinya selama ini bagi saya adalah pasrah pada kemampuan diri sendiri dan ikhlas. Percaya bahwa ada kekuatan dari Atas yang senantiasa menuntun dan tidak pernah meninggalkan kita, bahwa kapanpun Dia menghendaki, saat ini pun kita dapat dijadikan-Nya berhasil. Ingat, tidak selamanya kita berada dibawah, bukan? Semua ada masanya, dan akan indah pada waktunya. Tidak berhenti pada keputusasaan dan melakukan bagian kita dengan baik adalah tugas kita, sisanya adalah berpengharapan dan percaya pada-Nya.
Saya percaya yang saya bagikan ini dapat menguatkan dan meninggalkan hal yang bermanfaat pula bagi sesama yang mungkin saat membaca ini pernah atau sedang mengalaminya.
God can do all things, just do your best & God will do the rest. Salam.










"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu Iman, Pengharapan, dan Kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah KASIH." (1 Korintus 13:13)











OMSET RP. 0 & IKHLAS

     Setelah cukup lama vakum dalam membuat sebuah tulisan sejak tahun 2013 lalu, dalam artikel ini saya menguatkan diri untuk kembal...